Events
Aku Lulu
Teater Kecil - Taman Ismail Marzuki, 2019
Masing – masing manusia memiliki lima emosi dasar, ada emosi riang, takut, rasa jijik, emosi berang, malu dan juga sedih. Enam emosi ini saling berhubungan satu dengan yang lain, tidaklah mungkin seseorang akan merasa senang jika ia tidak pernah merasa sedih, atau merasa sedih karena ada kemarahan dalam hatinya. Emosi saling menopang satu dengan yang lain dan membentuk karakter seseorang.
Kisah ini bercerita tentang seorang anak bernama Lulu, enam emosinya dapat diibaratkan dengan warna – warna. Kuning untuk riang, Ungu untuk takut, Hijau untuk rasa jijik, Merah untuk berang, Merah Muda untuk rasa malu dan Biru untuk sedih.
Di suatu pagi yg cerah, Lulu keluar rumah untuk menikmati hari yg cerah.Pulang bermain, Lulu mendapatkan kabar jika dia akan pindah rumah, rasa takut pun melanda hatinya, ia membayangkan “bagaimana jika disana banyak tikus yang menjijikan” atau “bagaimana jika di kamar barunya nanti ternyata berhantu. Imajinasi Lulu membuat rasa takutnya semakin besar, ia memohon pada orang tuanya untuk tidak pindah, namun keputusan sudah bulat, ia harus tetap pindah. Hatinya pun menjadi marah.
Tak lama kemudian Lulu pun pindah ke rumah yang baru. Ia merasa rumah barunya tidak seindah rumahnya yg lama, penuh debu. Hatinya semakin kesal, rasanya ingin berteriak sekeras halilintar. Ibu Lulu berusaha untuk menenangkan hatinya, ia mengajak Lulu untuk membantunya membersihkan rumah. Selagi membersihkan rumah, tetangga sebelah rumah menghampiri untuk memberi salam selamat datang. Rupanya ada seorang anak perempuan juga tinggal di sebelah rumah. Mereka memperkenalkan diri kepada keluarga Lulu, dan anak perempuan itu mengajak Lulu bermain boneka – bonekanya yang lucu. Walaupun Lulu awalnya merasa malu, namun akhirnya dia mau bermain bersama.
Lulu senang sekali bermain dengan teman barunya, sampai ia lupa rasa kesal dan marah yang ia rasakan tadi. Selesai bermain Lulu pun tersadar bahwa sikapnya selama proses pindah rumah ini tidaklah baik terhadap orang tuanya. Lulu menyesal karena merasa telah mengecewakan Ayah dan Ibu dengan sikap itu dan ia pun menangis. Ayah dan Ibu Lulu pun memeluknya dengan hangat, mereka mengerti kesedihan Lulu dan memaafkan kemarahan Lulu. Pengalaman ini pun mempererat hubungan mereka dalam keluarga.